Jumat, 23 Desember 2011

ANALISA SOSIAL BUDAYA TERHADAP DESAIN KURSI BACA

Membaca buku adalah suatu aktifitas yang sangat melekat pada kehidupan manusia, baik itu membaca koran, membaca majalah, komik, dan novel. Dan tak sedikit pula orang-orang yang menjadi gaya hidup, karena saking gemarnya membaca.



Namun, tidak semua orang memiliki fasilitas membaca, baik itu berupa buku bacaan, rak penyimpanan buku, atau bahkan ruangan khusus membaca. Umumnya hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi, dan faktor tersebut berkembang menjadi faktor-faktor lain, seperti ketersediaan ruang baca karena rumahnya kecil, atau ukuran rumah tidak memungkinkan diberi ruang khusus membaca. Sehingga menyebabkan mereka membaca disembarang tempat (lesehan, duduk di samping pintu, tiduran di kasur).

Kursi baca multi fungsi bisa menjadi alternatif untuk mengakali sempitnya ruangan di rumah. Namun, masih ada anggapan bahwa, kursi baca masih berupa kursi besar dan mahal, sehingga kursi khusus membaca masih belum begitu umum bagi masyarakat Indonesia.


Berikut beberapa data mengenai pentingnya kursi baca.

1. Mengenai posisi yang nyaman saat membaca
Dari kuisioner yang saya terbitkan pada 23 November 2011, 77% responden mennyatakan paham dan mengerti posisi duduk membaca yang benar, yaitu duduk tegak. Namun hanya 35% responden yang menerapkannya, sisanya tidak menerapkan 'pakem' tersebut karena mereka merasa tidak nyaman. Salah satu responden, Jonathan Ivander, mahasiswa ITS jurusan Biologi semester 5, mengaku memiliki cara sendiri dalam menentukan posisi membacanya, yaitu dengan posisi setengah duduk. Namun berbeda dengan pengakuan Desica Pramudita, mahasiswi ITS jurusan Desain Produk semester 5, yang lebih suka membaca duduk tegak, karena dengan posisi itu, dia mengaku lebih bisa bertahan membaca buku berjam-jam.

Mengenai masalah-masalah yang ditemui saat membaca dalam waktu lama (1-3 jam), 48% responden mengaku mengalami mata lelah, sedangkan 32% responden mengalami leher sakit, sedangkan sisanya mengalami pusing dan sakit punggung. Menurut responden yang bernama Ferry Gunawan, karyawan swasta, mengaku mengalami sakit punggung walaupun dia sudah membaca dengan posisi duduk tegak.

2. Ketersediaan fasilitas dan pentingkah memiliki kursi membaca

Dari kuisioner yang sama, sebanyak 68% responden lebih suka membaca di rumah, sedangkan 13% responden lebih suka ke perpustakaan. Sebanyak 19% responden lebih memilih tempat-tempat seperti kafe, dan taman. Dan sebanyak 90% responden tidak memiliki ruang khusus membaca di rumah. Seperti pengakuan Shella Novi, mahasiswi Unair, karena tidak memiliki ruang khusus membaca di rumahnya, dia memilih taman dan area kampus sebagai tempat paling nyaman untuk belajar dan membaca. Berbeda dengan pengakuan Fitra Fandida, mahasiswi  Unair, walaupun tidak memiliki ruang khusus membaca, dia lebih memilih di rumah. Walaupun tidak memiliki ruangan khusus membaca, dia mengaku membaca dimana saja sesuai mood.

Mengenai penting tidaknya memiliki kursi membaca yang multi fungsi, sebanyak 65% responden menyatakan perlu, karena mereka membutuhkan ruang pribadi saat membaca walaupun di ruangan yang relatif berukuran kecil, sedangkan sisanya sebanyak 35% responden tidak membutuhkan kursi khusus. Alasannya, mereka lebih suka bebas duduk dimana saja dan membaca dengan posisi sesuka mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar