Sabtu, 31 Desember 2011

MAKNA TAHUN BARU 2012

Tahun Baru 2012!!!
Kebanyakan orang merayakannya dengan pesta pora besar, menyalakan kembang api, konvoi, meniup terompet tahun baru, dan melakukan kegiatan menyenangkan lainnya. Namun, tidak semua orang merayakan tahun baru 2012 dengan cara seperti itu. Beberapa memilih di rumah, merayakan tahun baru dengan tenang bersama keluarga, atau melakukan kegiatan ala mereka sendiri (termasuk saya, tahun baru malah nulis blog ..).

Di kota saya, Surabaya, tahun baru dirayakan sangat meriah. Riuhnya kembang api, dan suara sepeda motor yang memekak telinga menghiasi perayaan tahun baru kali ini. Sampai-sampai, rumah saya yang terletak sekitar 500 meter dari jalan raya, bisa mendengar suara knalpot yang 'dibleyer-bleyer' ngga karuan. Meriah memang, tapi menurut saya, itu hal yang tidak berguna, pertama bensin boros, kedua polusi, ketiga berisik bukan main.

Sekarang, coba kita maknai tahun baru kali ini dengan cara yang berbeda. Ada isu, kalau tahun 2012 adalah tahun bencana, malah yang ekstrem, tahun dimana kiamat akan datang (pengaruh film 2012 masih melekat yah). Jujur saja, kita tidak bisa meramalkan apa yang terjadi di masa depan. Namun, apakah tidak harapan untuk tahun 2012? pasti ada!

Bagi orang optimis, tahun baru merupakan kesempatan besar. Dan bisa dibilang, berarti kita telah mendapat kredit satu tahun dari Sang Pencipta. Sekarang tinggal kita bagaimana memanfaatkan waktu satu tahun, melakukan  hal yang bermanfaat untuk kehidupan kita sekarang dan masa yang akan datang. Mengambil peluang, membangun diri yang lebih baik, menggapai tujuan dan cita-cita kita, melunasi segala keinginan dan ambisi kita. Tidak semua orang mendapatkan kredit ini, banyak diantara kita berhenti di tahun 2011, dan tidak semuanya telah mendapat apa yang mereka inginkan di dunia ini. Sebagian berhenti disaat mereka berusaha, yang lain berhenti saat tidak melakukan apa-apa.
Kita bukannya 'ngalub' kalau di tahun 2012 kita bakal mati. Walaupun kita juga tidak tahu, apakah kita dapat satu kredit penuh sampai 1 Januari 2013, atau dipertengahan tahun 2012 kita mendapat satu perhentian. Tapi bagaimana kita bersyukur dengan kesempatan ini, dan tentunya kita harus mempergunakannya dengan sangat baik. Sangatlah bijak, bila kita tidak hanya sekedar ikutan pesta, teriak-teriak "Happy New Year!", dan meniup terompet, namun kita juga mampu memaknai tahun baru ini dengan persiapan kehidupan masa datang. Harusnya kita juga ingat dan mawas diri, bahwa masa depan itu tidak selamanya menyenangkan. Masa depan bisa jadi buruk, dan di luar perkiraan kita. Tinggal kita siap atau tidak menerima sesuatu yang baik atau sesuatu yang buruk, sesuatu yang membangun pribadi kita, atau meruntuhkan karakter kita. Nikmati hidup bukan hanya dengan santai dan 'leyeh-leyeh', tapi kepuasan dari kerja keras kita lebih membahagiakan dari hanya sekedar berdiam dan bernapas.

Di tahun 2012 ini, janganlah kita menjadi lupa diri dan berprinsip 'yang penting happy', tapi jadilah orang yang mawas diri dan senantiasa belajar (saya pun belajar), sehingga kita semakin siap menghadapi dunia yang sudah tua ini.

HAPPY NEW YEAR 2012!!

Jumat, 23 Desember 2011

ANALISA SOSIAL BUDAYA TERHADAP DESAIN KURSI BACA

Membaca buku adalah suatu aktifitas yang sangat melekat pada kehidupan manusia, baik itu membaca koran, membaca majalah, komik, dan novel. Dan tak sedikit pula orang-orang yang menjadi gaya hidup, karena saking gemarnya membaca.



Namun, tidak semua orang memiliki fasilitas membaca, baik itu berupa buku bacaan, rak penyimpanan buku, atau bahkan ruangan khusus membaca. Umumnya hal ini disebabkan oleh faktor ekonomi, dan faktor tersebut berkembang menjadi faktor-faktor lain, seperti ketersediaan ruang baca karena rumahnya kecil, atau ukuran rumah tidak memungkinkan diberi ruang khusus membaca. Sehingga menyebabkan mereka membaca disembarang tempat (lesehan, duduk di samping pintu, tiduran di kasur).

Kursi baca multi fungsi bisa menjadi alternatif untuk mengakali sempitnya ruangan di rumah. Namun, masih ada anggapan bahwa, kursi baca masih berupa kursi besar dan mahal, sehingga kursi khusus membaca masih belum begitu umum bagi masyarakat Indonesia.


Berikut beberapa data mengenai pentingnya kursi baca.

1. Mengenai posisi yang nyaman saat membaca
Dari kuisioner yang saya terbitkan pada 23 November 2011, 77% responden mennyatakan paham dan mengerti posisi duduk membaca yang benar, yaitu duduk tegak. Namun hanya 35% responden yang menerapkannya, sisanya tidak menerapkan 'pakem' tersebut karena mereka merasa tidak nyaman. Salah satu responden, Jonathan Ivander, mahasiswa ITS jurusan Biologi semester 5, mengaku memiliki cara sendiri dalam menentukan posisi membacanya, yaitu dengan posisi setengah duduk. Namun berbeda dengan pengakuan Desica Pramudita, mahasiswi ITS jurusan Desain Produk semester 5, yang lebih suka membaca duduk tegak, karena dengan posisi itu, dia mengaku lebih bisa bertahan membaca buku berjam-jam.

Mengenai masalah-masalah yang ditemui saat membaca dalam waktu lama (1-3 jam), 48% responden mengaku mengalami mata lelah, sedangkan 32% responden mengalami leher sakit, sedangkan sisanya mengalami pusing dan sakit punggung. Menurut responden yang bernama Ferry Gunawan, karyawan swasta, mengaku mengalami sakit punggung walaupun dia sudah membaca dengan posisi duduk tegak.

2. Ketersediaan fasilitas dan pentingkah memiliki kursi membaca

Dari kuisioner yang sama, sebanyak 68% responden lebih suka membaca di rumah, sedangkan 13% responden lebih suka ke perpustakaan. Sebanyak 19% responden lebih memilih tempat-tempat seperti kafe, dan taman. Dan sebanyak 90% responden tidak memiliki ruang khusus membaca di rumah. Seperti pengakuan Shella Novi, mahasiswi Unair, karena tidak memiliki ruang khusus membaca di rumahnya, dia memilih taman dan area kampus sebagai tempat paling nyaman untuk belajar dan membaca. Berbeda dengan pengakuan Fitra Fandida, mahasiswi  Unair, walaupun tidak memiliki ruang khusus membaca, dia lebih memilih di rumah. Walaupun tidak memiliki ruangan khusus membaca, dia mengaku membaca dimana saja sesuai mood.

Mengenai penting tidaknya memiliki kursi membaca yang multi fungsi, sebanyak 65% responden menyatakan perlu, karena mereka membutuhkan ruang pribadi saat membaca walaupun di ruangan yang relatif berukuran kecil, sedangkan sisanya sebanyak 35% responden tidak membutuhkan kursi khusus. Alasannya, mereka lebih suka bebas duduk dimana saja dan membaca dengan posisi sesuka mereka.

Rabu, 21 Desember 2011

TARA NASIKU: Inovasi Yang Gagal

Tentunya anda pernah dan bahkan setiap hari mengkonsumsi makanan yaitu nasi. Di Indonesia, nasi merupakan menu wajib yang harus dihidangkan saat sarapan, makan siang dan makan malam. Di antara beberapa makanan pokok lain seperti mie dan roti, nasi jauh lebih populer bagi masyarakat Indonesia. Bahkan, terdapat stigma yang begitu melekat dalam masyarakat Indonesia, "belum makan nasi, berarti belum makan.".

Begitu melekatnya nasi dalam kehidupan masyarakat Indonesia, mendorong Unilever membuat suatu terobosan dengan meluncurkan produk berupa nasi instan dengan merek TARA NASIKU. Tertarik dengan kesuksesan produk mie instan yang mampu mengubah gaya hidup masyarakat, Unilever mencoba menawarkan makanan nomor satu orang Indonesia ini dengan embel-embel 'instan' dan praktis. Promosi yang dilakukan pun tidak tanggung-tanggung, hampir semua media pasti menampilkan iklan mengenai nasi instan. Namun, hampir semua konsumen berhenti membeli produk ini saat pertama kali coba.

Bagaimana hal ini bisa terjadi? kenyataan yang didapat oleh konsumen jauh dari stigma nasi instan. Yang pertama dari segi memasak dan penyajian, jauh dari kesan praktis. Cara memasak yang rumit, serta membutuhkan wajan anti-lengket atau teflon, padahal untuk ukuran saat itu, wajan teflon harganya masih mahal, dan yang memilikinya pasti kalangan menengah keatas. Selain itu, tampilan nasi yang sudah dimasak, seperti nasi setengah matang, benyek, dan lengket. Kedua, rasa yang sangat 'enak'. Rasanya hanya seperti nasi lembek yang diberi saos tomat dan penyedap rasa, jauh sekali dari rasa nasi goreng pada umumnya yang gurih dan lebih sedap. Ketiga, harga yang relatif mahal untuk seukuran makanan instan. Anda mungkin lebih memilih makan nasi goreng kaki lima daripada membeli produk nasi instan ini. Harganya yang tidak terpaut jauh dengan harga nasi goreng kaki lima, membuat konsumen meninggalkan produk tersebut.

KESIMPULAN

TARA Nasiku adalah suatu inovasi yang sangat bagus. Nasi yang proses memasaknya begitu lama, bisa dibuat singkat dan cepat saji dalam hitungan menit. Namun, karena ketidak siapan konsumen dalam menerima produk baru ini, produk ini menjjadi gagal dalam keluaran perdananya. Orang Indonesia sudah paham betul bagaimana cara memasak nasi dan rasa nasi yang diharapkan. Jadi untuk mengubah pemahaman tersebut menjadi pemahaman dan pola pikir instan, dibutuhkan usaha lebih dan bukan hanya sekedar promosi yang besar-besaran. Dan intinya, TARA Nasiku gagal memenuhi konsep instan.